Kamis, 23 Juni 2022

Warga Nagori Tambun Raya dan Kelurahan Sipolha Gelar Aksi Damai, Begini Tanggapan Pihak TPL

Infocusnews.id

SIMALUNGUN-SUMUT|| Mengaku sengsara akibat alih fungsi hutan yang mengakibatkan banyaknya binatang liar menjadi hama merusak pertanian, membuat masyarakat Nagori Tambun Raya dan Kelurahan Sipolha, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, menggelar aksi damai di Nagori Tambun Raya, Kamis, (23/6/22).

Dalam aksi terungkap ganggguan sistem pertanian masyarakat terjadi akibat bergantinya hutan heterogen menjadi homogen atau hutan tanaman industri (HTI) yang saat ini dikuasi oleh PT TPL. Bergantinya alih fungsi hutan alami, menjadi hutan ekaliptus menyebabkan hilangnya rumah dan rantai makanan bagi kawanan kera/monyet dan babi hutan.

Dengan demikian kawanan hama tersebut ini bermigrasi masuk ke perladangan, bahkan ke pemukiman masyarakat untuk mencari “rumah baru” dan makanan. Migrasi besar-besaran ini pada akhirnya menjadi hama dan bencana besar bagi masyarakat Sipolha-Tambun Raya.


Seluruh tanaman mereka, mulai dari ubi, jagung, mangga, jahe, tomat, alpokat, tuak dan yang lainnya tidak lepas dari gangguan dan ancaman kawanan ini. Akibatnya, biaya produksi (karena harus menjaga) semakin tinggi, namun hasil panen masyarakat pun rendah. Hari-hari mereka banyak dihabiskan untuk menjaga tanaman yang sedang produktif, sehingga mereka tidak punya waktu untuk bekerja di lahan lain.

Selain itu, masyarakat mengaku, aliran air tidak hanya mengecil, di musim kemarau bisa kering (mati). Padahal, jauh sebelum dilakukannya alih fungsi hutan di perbukitan Sipolha-Tambun Raya, mata air tersebut tidak pernah kering walaupun musim kemarau panjang.

Ada pun fungsi mata air tersebut, selain menjadi air minum yang langsung disalurkan ke rumah-rumah penduduk, air tersebut juga dipakai untuk mandi, cuci piring-pakaian dan difungsikan juga untuk mengairi sawah, menyiram tanaman, mencuci tanaman, minuman ternak, dan lain-lain.

Dapat disimpulkan bahwa mata-mata air yang bersumber dari perbukitan tersebut memiliki fungsi vital dalam menunjang kehidupan dan ekonomi masyarakat. Artinya dengan terganggunya sumber air, maka telah terganggu juga hidup dan ekonomi masyarakat. Salah satu desa yang terdampak langsung adalah Desa Huta Mula.

Diterangkan warga, bahwa selama ini masyarakat sudah melakukan langkah antisipasi seperti menjaga tanaman sepanjang hari, mengadakan pengasapan di ladang, mengusir secara bersama-sama, memelihara anjing di ladang, Dan bersepakat menyisihkan sedikit lahan untuk dijadikan hutan buah.

Lebih lanjut, koordinator aksi menerangkan, atas alih fungsi hutan yang saat ini dikuasai oleh pihak PT TPL, masyarakat menuntut TPL memberikan konpensasi kepada masyarakat Tambun Raya – Sipolha, serius menanggulangi hama, memastikan CSR perusahaannya dapat dinikmati masyarakat Tambun Raya-Sipolha dengan membangun fasilitas-fasilitas umum yang bermanfaat untuk kemajuan serta pemberian bantuan yang mendukung perekonomian masyarakat.

Kemudian untuk jangka panjang, masyarakat menuntut, agar TPL membuat foodforest minimal 10 hektar sepanjang Tambun Raya-Sipolha, membuat penghijauan di sekitar daerah aliran sungai, memberdayakan masyarakat dengan menyediakan lahan, bibit, dan biaya perawatan tanaman selama lima tahun yang juga diperuntukkan bagi satwa liar. 

Menanggapi aksi damai yang di gelar warga, pihak TPL melalui Askep Corpcom, Dedy, saat dikonfirmasi, Kamis (23/6/2022), mengatakan Perusahaan sangat menghormati aksi dan penyampaian aspirasi masyarakat.

Dijelaskan Dedy, Selama ini program CSR selalu bergulir di setiap sektor wilayah kerja perusahaan. Bila ada usulan silahkan menyampaikan secara tulisan, bukan melalui aksi.

Selain itu Askep Corpcom itu memberitahukan Setiap Kabupaten di kawasan produksi perusahaan dana CSR digulirkan melalui kegiatan sosial di masyarakat," akhirnya.••Inf-01

Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.